Pengertian Konversi Agama dan Faktor Penyebabnya

1. Pengertian Konversi agama menurut etimologi, konversi berasal dari kata lain “conversio” yang berarti tobat, pindah berubah (agama). Selanjutnya kata itu dipakai dalam kata inggris conversion yang mengandung yang mengandung pengertian berubah dari suatu keadaan, atau darisatu agama ke agama lain.

2. Pengertian konversi agama menurut terminologi menurut Max heirich mengatakan bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah ke suatu sistem kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.

Faktor yang menyebabkan terjadinya konversi agama
Berbagai ahli berpendapat dalam menetukan faktor yang menjadi pendorong konversi. William James dalam bukunya The Varieties of Religious Experience dan Marx Heirich dalam bukunya Change of Heart, banyak faktor yang mendorong terjadinya konversi agama. Dalam buku tersebut diuraikan pendapatnya dari beberapa ahli yang kemudian ditulis dalam buku Psikologi Agama oleh Dr. Jalaluddin diantaranya adalah:

1. Para ahli agama menyatakan bahwa yang mendorong terjadinya konversi agama adalah petunjuk Ilahi.Salah satu ayat dari surah Al-fatiha berbunyi: ihdina’s-shirata’l-mustaqiem, ihdi adalah fi’il amr(perintah) dari dari kata hada yang berarti menunjukkan atau memberi petunjuk. Bentuk masdar kata kata hada ini adalah hudaatau hidayat. Selanjutnya hidayat berarti petunjuk halus yang menyampaikan kepada tujuan.


Dalam konteksnya yang termuat dalam buku ilmu dakwah Moh Ali Aziz, petunjuk ilahi atau yang biasa disebut hidayah dibagi menjadilima macam yaitu:

a. Hidayah ilham (hidayah al-ilham) Hidayah jenis ini terbentuk sejak kita dilahirkan.Kita dituntun oleh Allah untuk memenuhi kebutuhan pokok kita. Insting kita sama dengan binatang. Misalnya, bila dalam keadaan lapar segera mencari makan. Ulama’ lain menyebut hidayah ini dengan hidayah gharizah (insting).

b. Hidayah pancaindra (hidayah al-hawas) selain dorongan insting, kita juga dituntun Allah SWT lewat pancaindra untuk mengenali dunia di sekeliling kita. Sebagaimana hewan binatang jika ada baha mengancam, maka insting kita akan menjahui. Misalnya kita baru tahu dari penglihatan kita bahwa bahaya tersebut adalah ancaman binatang buas, ada juga yang men yebut hidayah ini dengan hidayah masya’ir.

c. Hidayah akal (hidayah al-‘aql) Karena kita sehat, kita berbeda dengan binatang. Kita tidak puas hanya sekedar melihat binatang buas sebagai ancaman melalui akal kita dibimbing oleh Allah SWT untuk menyelidiki aspek bahaya kebuasan binatang tersebut, bahkan kita ingin mengetahui caramengalahkannya. Hidayah ketiga ini lebih tinggi dari hidayah- hidayah sebelumnya.Hidayah ini hanya diberikan kepada manusia.Ketiga hidayah tersebut tidak cukup bagi manusia untuk menemukan kebenaran, maka diperlukan hidayah lainnya.

d. Hidayah agama dan syari’at (hidayah al-adyan wa al-syari’at) Akal kita hanya terbatas dalam berfikir tentang makna hidup. Bila manusia menggunakan akalnya untuk berfikir lebih jauh tentang penguasa alam semesta, ia akan menemuka hanya satu Tuhan, namun Allah SWT sebagai Tuhan Yang Maha Esa hanya terdapat dalam agama islam.

e. Hidayah pertolongan (hidayah al-ma’unah wa al-taufiq) Hidayah ini mutlak hak milik Allah SWT. Tak satu pun makhluk bisa memberikan hidayah ini, tidak sedikit umat islam yang mengetahui kewajiban shalat dan tata caranya, namun tidak banyak yang ditolong Allah SWT untuk melaksanakannya. Apa pun usaha pendakwah untuk mengubah perilaku manusia, jika tidak ada hidayah ini, usahanya tidak memenuhi target.

2. Para Ahli sosiologi berpendapat bahwa yang menyebabkan terjadi konversi agama adalah pengaruh sosial. yang mana pengaruh sosial ini terdiri dari adanya berbagai faktor antara lain:

a) Pengaruh hubungan pergaulan antar pribadi baik bersifat keagamaan atau non agama(music, kesenian, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan lain-lain)
b) Pengaruh kebiasaan yang rutin Pengaruh ini mendorong seseorang atau kelompok untuk merubah kepercayaan jika dilakukan secara rutin hingga terbiasa, misalnya : menghadiri upacara keagamaan, ataupun pertemuan keagamaan baik lembaga formal dan non formal.
c) Pengaruh anjuran atau propaganda dari orang-orang terdekat.
d) Pengaruh pemimpin keagamaan Menjalin hubungan yang baik dan terlalu dekat dengan pemimpin agama merupakan salah satu faktor terjadinya konversi agama.
e) Pengaruh perkumpulan berdasarkan hobi
f) Pengaruh kekuasaan pemimpin Yang dimaksud adalah pengaruh kekuasaan pemimpin berdasarkan kekuatan hukum.Masyarakat cenderung menganut agama yang dianut Kepala Negara atau Raja mereka.Dan pengaruh ini secara garis besar terbagi menjadi yaitu mendorong secara persuasif atau koersif.

3. Para ahli psikologi berpendapat bahwa yang menjadi pendorong terjadinya konversi agama adalah faktor psikologis yang ditimbulkan oleh faktor intern dan ekstern. Faktor-faktor tersebut apabila mempengaruhi seseorang atau kelompok hingga menimbulkan segala macam gejala tekanan batin, maka akan terdorong untuk mencari jalan keluar yaitu memperoleh ketenangan batin.

Dalam kondisi jiwa yang demikian secara psikologis kehidupan batin seseorang menjadi kosong dan tak berdayasehingga mencari perlindungan kekuatan lain yang mampu memberinya sebuah kehidupan yang terang dan tenteram.

a. Faktor intern (dalam diri) yang mempengaruhi terjadinya konversi agama adalah:
1) Kepribadian Dalam penelitian W.James ia menemukan bahwa tipe melankolis yang memiliki kerentanan perasaan lebih mendalam dapat menyebabkan terjadinya konversi agama dalam dirinya.
2) Faktor pembawaan Menurut penelitian Guy E. Swanson bahwa ada semacam kecenderungan urutan kelahiran mempengaruhi konversi agama. Anak sulung dan anak bungsu cenderung tidak mengalami tekanan batin, sedangkan anak-anak yang dilahirkan pada urutan antara keduanya sering mengalami stress jiwa. Kondisi yang dibawa berdasarkan urutan kelahiran banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama.

b. Faktor ekstern (luar diri) yang mempengaruhi terjadinya konversi adalah:
1) Faktor keluarga keretakan keluarga, ketidakserasian, berlainan agama, kesepian, kesulitan seksual, kurang mendapatkan pengakuan kaum kerabat dan lainnya.
2) Lingkungan tempat tinggal Orang yang berada terlempar dari lingkungan tempat tinggal atau tersingkir dari kehidupandisuatu tempat merasa dirinya hidup sebatang kara. Keadaan yang demikian menyebabkan seseorang mendambakan ketenangan dengan mencari tempat bergantung hingga kegelisahan batinnya hilang
3) Perubahan status Perubahan status terutama yang berlangsung secara mendadak akan banyak mempengaruhi terjadinya konversi agama misalnya: perceraian, keluar dari sekolah atau perkumpulan, perubahan pekerjaa, kawin dengan orang yang berlainan agama dan sebagainya.
4) Kemiskinan
Kondisi sosial ekonomi yang sulit juga merupakan faktor yang mendorong mempengaruhi terjadinya konversi agama.masyarakat awam yang miskin cenderung untuk memeluk agama yang menjanjikan kehidupan dunia yang lebih baik. Kebutuhan mendesak akan sandang dan pangan akan mempengaruhi.

Selain itu menurut sudarno, selain faktor-faktor diatas dia menambahkan faktor pendukung yaitu:
a. Cinta
b. Pernikahan.

3. Para ahli ilmu berpendapat bahwa konversi agama dipengaruhi oleh kondisi pendidikan dimana sesorang itu berada. Penelitian ilmu sosial menampilkan data dan argumentasi bahwa suasana pendidikan ikut mempengaruhi terjadinya konversi agama. Walaupun belum dapat dikumpulkan data secara pasti tentang pengaruh lembaga pendidikan terhadap konversi agama, namun berdirinya sekolah-sekolah yang bernaung dibawah yayasan agama tentunya mempunyai tujuan keagamaan pula.

Berdasarkan istilah yang digunakan starbuck ia membagi klasifikasi konversi agama menjadi dua tipe yaitu:

1. Tipe volitional (perubahan bertahap) Konversi agama tipe ini terjadi dengan proses sediki demi sedikit, konversi agama seperti ini sebagai suatu perjuangan batin yang ingin menjauhkan diri dari dosa karena ingin mendatangkan suatu kebenaran.

2. Tipe self-surrender (perubahan secara drastis) seseorang tanpa melalui suatu peroses tertentu tiba-tiba berubah pendiriannya terhadap suatu agama yang dianutnya, perubahan ini pun bisa terjadi dari yang tadinya taat menjai taat, dari tidak percaya terhadap suatu agama menjadi percaya dan sebagainya. Pada konversi tipe kedua ini William James mengakui adanya pengaruh petunjuk dari Yang Maha Kuasa terhadap seseorang, karena gejala ini datang dengan sendirinya pada diri seseorang sehingga ia menerima kondisi yang baru dengan penyerahan jiwa sepenuh-penuhnya. Jadi ada semacam hidayah yang datang dari tuhan.

Motif konversi agama Menurut Lofland dan Skonovd yang dikutip oleh Nirtafitri telah memaparkan enam motif seseorang dalam melakukan konversi, yaitu:

a. Intellectual, yaitu individu mencari pengetahuan melalui buku, televisi, artikel, ceramah dan media lain dimana kontak sosial tidak terjadi secara signifikan. Individu secara aktip mencari dan mengeksplorasi berbagai macam alternatif. Kepercayaan tumbuh terlebih dahulu sebelum berpartisipasi aktif dalam ritual keagamaan dan organisasi.

b. Mystical, yaitu motif yang melibatkan intensitas emosi yang tinggi pada individu. Motif ini pada umumnya terjadi secara tiba-tiba yang disebabkan oleh pandangan, pendengaran, atau pengalaman- pengalaman mistis, misalnya individu bertemu dengan Rasulullah, mendengar suara gaib, dan lain sebagainya.

c. Eperemental,yaitu motif yang paling umum terjadi pada abad ke 20, karena adanya kebebasan beragama. Pada motif ini individu secara aktif mengeksplorasi agama-agama yang ada dan meliahat keuntungan spiritual yang dapat diperoleh. Individu diminta untuk tidak mengambil sesuatu dari keyakinan, tapi mencoba teologi, ritual dan organisasi untuk menemukan apakah sistem tersebut benar (menguntungakan atau mendukung) untuk dirinya. Misalnya seseorang memasuki agama katolik setelah memasuki beberapa agama-agama tertentu karena sudah sesuai dengan keinginan yang ia tuju.

d. Affectional, yaitu motiv yang didasarkan pada penekanan ikatan interpersonal pada proses konversi. Ikatan ini terjadi antara individu pelaku konversi dengan penganut agama yang dituju. Ikatan emosi ini melibatkan pengalaman personal individu seperti rasa untuk dicintai, diperhatikan, dan dibesarkan oleh seseorang, kelompok ataupun pemimpin. Misalnya individu memilih agama tertentu karena merasa telah dibimbing dan disayangi oleh orang-orang yang memeluk agama tersebut.

e. Revivalism, yaitu motif yang menggunakan konformitas keramaian untuk menimbulkan perilaku. Individu kemudian secara emosional tergugah sehingga perlaku dan kepercayaan yang baru dapat dimasukan. Misalnya pada acara pertemuan atau ceramah keagamaan yang dikemas dengan musik-musik dan motivasi yang menyentuh sisi emosi dari individu, sehingga yang mendengarkannya akan tergerak untuk melakukan perubahan.

f. Coercive, yaitu motif yang menyangkut pencucian otak, dan pendekatan kekerasan terhadap individu untuk berpartisipasi mengikuti suatu keyakinan. Misalnya pada zaman penjajahan dibeberapa negara yang memaksa rakyat setempat untuk memeluk agama tertentu dengan jalan berperang.

0 Response to "Pengertian Konversi Agama dan Faktor Penyebabnya"

Posting Komentar