Dan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia III, asketisme bermakna "paham yang mempraktekkan kesederhanaan, kejujuran dan kerelaan berkorban".
Asceticisme artinya latihan berat. Dalam filsafat popular Stoa berarti “melepaskan diri dari semua kecenderungan duniawi untuk mencapai kebebasan yang tak tergoyahkan”. Di dalam dunia gereja dilakukan oleh para rahib, dan di dalam tasawuf dan tarekat Islam hampir menyerupai wara’ untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.
Menurut Eddy Kristiyanto, askese ialah latihan yang ditempuh orang Kristen di bawah bimbingan Roh Kudus untuk memurnikan diri dari dosa, menguasai diri dan memurnikan sikap hati di hadapan Allah, serta menghilangkan berbagai penghalang untuk merasakan hadirat Tuhan.
Asketisme |
Askese yang benar akan membuahkan perkembangan dalam kontemplasi dan cinta akan Allah yang tidak akan merugikan kematangan pribadi dan tanggung jawab sosial. Definisi ini diberikannya untuk menegaskan adanya kesalah pahaman banyak pihak dalam menilai asketisme. Anggapan keliru yang didasarkan pada beberapa praksis asketis di Timur ialah bahwa asketisme merupakan tindakan orang Kristen untuk melarikan diri dari kegiatan dan tanggung jawab di dunia dengan cara bertapa di tempat-tempat tersembunyi dan melakukan penyiksaan tubuh secara ekstrem.
Tharekat Syaziliyyah sebagai contoh, menetapkan pelepasan batin bukan bentuk-bentuk lahir; tanpa keikutsertaan lahir atau cinta terhadap sesama makhluk, namun juga tanpa mencari aib lahir untuk diri sendiri. Dalam hal ini Ibn al-‘Arif menuliskan sebagai berikut:
Asketisme untuk kebanyakan orang yang berupa penghindaran kesenangan nafsu, mengecam orang-orang yang kembali kepada kesenangan nafsu yang telah dipisahkannya dan membuang pencarian sesuatu yang nisbi, mencabut diri sendiri dari nafsu yang berlebihan, menghalangi segala dorongan nafsu, mengabaikan segala sesuatu yang tidak menarik perhatian bagi jiwa. Tetapi hal-hal tersebutbelum sempurna untuk menuju jalan yang dipilihnya. Karena itu tetaplah dipandang sangat penting keterlibatan terhadap segala sesuatu di dunia ini,yakni untuk upaya pengosongan diri ari penggunaan hal tersebut. Satu keterikatan lahir dapat mencabut dirinya sendiri dari segala sesuatu di dunia ini, sementara dalam batin keterlibatan terhadap hal-hal tersebut sangat terasakan.
Adalah benar bahwa asketisme merupakan kehendak hati yang bergairah terhadap Din (Allah) semata. Hal ini akan menempatkan jiwa dalam Dia, yakni keinginan dan hasrat jiwa;mengikatkan diri secara unik dengan Dia tanpa keasyikan apapun. Agar Dia (yang kepada-Nya segala pujian diarahkan) dapat dijauhkan dari sebab-sebab tersebut.
Atau sebagaimana yang dikatakan al-Hujwiri: “Orang miskin bukanlah orang yang tangannya kosong dari harta, melainkan mereka yang karakternya kosong dari hasrat (kemauan).”
0 Response to "Pengertian Asketisme"
Posting Komentar